Dua orang anak muda yang
sudah berteman sejak kecil yaitu
Bob seorang dokter muda
beragama Katolik dan Yunus
seorang ahli biologi Muslim
beragama Islam, sedang asyik
berbincang-bincang sore hari di
depan teras rumah Yunus.
Saat itu akhir pekan di bulan
Ramadhan, Yunus mengundang
Bob yang walau tidak puasa,
untuk berbuka bersama
dirumahnya yang jaraknya tidak
begitu jauh.
Bob: Tolong beritahu saya,
mengapa seorang Muslim sangat
mementingkan mengenai kata-
kata “Halal” dan “Haram”; apa
arti dari kata-kata tersebut?
Yunus: Apa-apa yang
diperbolehkan diistilahkan sebagai
Halal, dan apa-apa yang tak
diperbolehkan diistilahkan sebagai
Haram, dan Al-Qur’an lah yang
menggambarkan perbedaan
antara keduanya.
Bob: Dapatkah anda memberikan
contoh?
Yunus: Ya, Islam telah melarang
segala macam darah. Anda akan
sependapat bahwa analisis kimia
dari darah menunjukkan adanya
kandungan yang tinggi dari uric
acid (asam urat), suatu senyawa
kimia yang bisa berbahaya bagi
kesehatan manusia.
Bob: Anda benar mengenai sifat
beracun dari uric acid, dalam
tubuh manusia, senyawa ini
dikeluarkan sebagai kotoran, dan
dalam kenyataannya kita
diberitahu bahwa 98% dari uric
acid dalam tubuh, dikeluarkan
dari dalam darah oleh ginjal, dan
dibuang keluar tubuh melalui air
seni.
Yunus: Sekarang saya rasa anda
akan menghargai metode
prosedur khusus dalam
penyembelihan hewan dalam
Islam.
Bob: Apa maksud anda?
Yunus: Begini… seorang
penyembelih, selagi menyebut
nama dari Yang Maha Kuasa,
membuat irisan memotong urat
nadi leher hewan, sembari
membiarkan urat-urat dan organ-
organ lainnya utuh.
Bob: Oh begitu… Dan hal ini
menyebabkan kematian hewan
karena kehabisan darah dari
tubuh, bukannya karena cedera
pada organ vitalnya.
Yunus: Ya, sebab jika organ-
organ, misalnya jantung, hati,
atau otak dirusak, hewan tersebut
dapat meninggal seketika dan
darahnya akan menggumpal
dalam urat-uratnya dan akhirnya
mencemari daging. Hal tersebut
mengakibatkan daging hewan
akan tercemar oleh uric acid,
sehingga menjadikannya beracun;
hanya pada masa kini lah, para
ahli makanan baru menyadari
akan hal ini.
Bob: Selanjutnya, selagi masih
dalam topik makanan; Mengapa
para Muslim melarang
pengkonsumsian daging babi,
atau ham, atau makanan lainnya
yang terkait dengan babi?
Yunus: Sebenarnya, diluar dari
larangan Al-Qur’an dalam
pengkonsumsian babi, bacon;
pada kenyataannya dalam Bible
juga ada kan? Kebetulan istriku
seorang mualaf, dan aku sempat
melihat mengenai itu di Bible.
Pada Leviticus bab 11, ayat 7 dan
8 mengenai babi. Dikatakan pada
ayat 7: “Demikian juga babi
hutan, karena memang berkuku
belah, yaitu kukunya bersela
panjang, tetapi tidak memamah
biak; haram itu bagimu“. Dan
lanjutannya ayat 8: “Daging
binatang-binatang itu janganlah
kamu makan dan bangkainya
janganlah kamu sentuh; haram
semuanya itu bagimu.“
Lebih lanjut lagi, apakah anda
tahu kalau babi tidak dapat
disembelih di leher karena
mereka tidak memiliki leher;
sesuai dengan anatomi
alamiahnya? Muslim beranggapan
kalau babi memang harus
disembelih dan layak bagi
konsumsi manusia, tentu Sang
Pencipta akan merancang hewan
ini dengan memiliki leher.
Namun diluar itu semua, saya
yakin anda tahu betul mengenai
efek-efek berbahaya dari
komsumsi babi, dalam bentuk
apapun, baik itu pork chops,
ham, atau bacon.
Bob: Ilmu kedokteran mengetahui
bahwa ada resiko besar atas
banyak macam penyakit. Babi dan
juga anjing, diketahui sebagai
inang dari banyak macam parasit
dan penyakit-penyakit berbahaya.
Tidak semua parasit dan penyakit
dapat hidup di dalam tubuh
hewan, kecuali babi atau anjing,
itu sudah terbukti secara
kedokteran. Bahwa babi dan
anjing adalah sebagai “inkubasi”
penyakit dan parasit sebelum
menjangkiti manusia.
Yunus: Ya, dan diluar itu semua,
sebagaimana kita membicarakan
mengenai kandungan uric acid
dalam darah, sangat penting
untuk diperhatikan bahwa sistem
biochemistry babi mengeluarkan
hanya 2% dari seluruh kandungan
uric acidnya, sedangkan 98%
sisanya tersimpan dalam
tubuhnya.
Tiba-tiba terdengar sayup-sayup
bedug Maghrib bersusul-susulan
dari kejauhan. Untuk kesekian
kalinya, Yunus telah dapat
melewati satu hari lagi untuk
menahan hawa nafsu menuju
kemenangan selama 30 hari
menuju akhir Ramadhan.
“Alhamdullilah, segala puji bagi
Allah SWT”, ujar Yunus yang
disambut senyuman dan
rangkulan oleh Bob. “Aku tau
kau selalu berhasil menahan
hawa nafsumu, kau tak pernah
batal di bulan puasa semanjak
kita kecil, aku kenal kau sejak
kecil, Nus”, tambah Bob. Dan
mereka pun segera melangkah
menuju ke ruang makan untuk
bersantap bersama.